Senin, 05 Desember 2016

jurnal metpen



PEMBEKALAN AGAMA PADA ANAK USIA DINI DALAM KELUARGA

oleh : Ahmad Faiz Mubarok
Abstrak


Anak adalah amanah Allah swt, yang diberikan kepada orangtua, masyarakat dan bangsa. Nasib dan masa depan bangsa di kemudian hari, ditentukan oleh kondisi anak bangsa hari ini. Oleh karena itu, menjadi tanggung jawab bersama untuk menyiapkan generasi penerus bangsa yang berkualitas, yaitu generasi yang kuat imannya, mantap ilmunya, baik amalnya, dan mulia akhlaknya.
Pendidikan Agama yang sumbernya pada nilai-nilai Qur’an semakin terasa diperlukan oleh anak-anak, untuk mempersiapkan masa depannya yang lebih maju, kompleks, canggih dan penuh tantangan. Hal ini disebabkan kecenderungan masa depan yang kompleks dalam memecahkan masalah yang cenderung secara rasional yang berdampak pada pengabaian nilai-nilai moral demi kemanfaatan      sesaat.
Pendidikan anak perlu bermuara terhadap pengagungan nama Allah SWT, sehingga pendidikan apapun yang diterima menjadi penopang ketauhidannya. Al Qur’an sebagai petunjuk hidup uma tislam, telah menginformasikan seperti dalam surat Shad ayat 29 "ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu yang penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan atay-ayatNya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai pikiran".
Menanamkan etos Islam dapat diupayakan jika lingkungan anak juga Islami. Dalam suasana demikian, transfer nilai dapat berjalan dengan mulus, karena orang tua dapat menjalankan fungsinya sebagai agen masyarakat. Upaya menanamkan etos Islam lebih berhasil jika dimulai sejak dini.








Pendahuluan
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
            Sedangkan agama merupakan landasan hidup berketuhanan dan merupakan unsur kerohanian setiap hidup manusia. Anak usia dini adalah anak yang berumur 0-5 tahun. Dalam masa ini merupakan masa tumbuh kembang anak, dimana masa ini merupakan masa golden age yaitu masa emas. Pembentukan karakter anak dan mempengaruhi pola pikir anak yang berpengaruh terhadap masa depannya, agar menjadi generasi penerus yang berakhlak mulia dan memiliki pemikiran positif dalam setiap hal. Dalam masa ini anak perlu diberikan pembekalan terhadap ilmu pendidikan keagamaan agar anak sejak dini memiliki pengetahuan tentang agama dan dapat menjadikan dirinya sebagai manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap sang pencipta.
            Dalam hal ini pendidikan agama yang diajarkan yaitu tentang pendiikan agama islam. Keluarga merupakan pendidikan yang pertama kali yang didapatkan oleh anak, oleh sebab itu orang tua sangat berperan penting terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak. Selain itu pendidikan agama juga dapat dilakukan di lingkungan sekitar maupun lingkungan sekolah. Pendidikan ini dilakukan untuk menciptakan dan mengubah karakter anak menjadi lebih baik lagi dan memiliki dasar hidup tentang agama islam dan ini harus dilakukan atau diterapkan sejak usia dini. Telah kita ketahui bahwa kebanyakan dari anak usia dini banyak yang sikapnya sudah menyalahi aturan yang tidak sesuai dengan tingkat usianya, seperti tidak adanya kesopanan terhadap orang tua, cara berbicara yang kurang sopan, bertindak semaunya. Hal ini banyak disebabkan oleh pengaruh lingkungan dan kurangnya pengawasan dari para orang tua. Oleh sebab itu kegiatan ini dilakukan untuk memperbaiki serta mengubah tingkahlaku yang sedemikian agar tidak menjadi karakter yang tidak baik pada anak.


Pembahasan
A.    PENDIDIKAN ANAK DIMULAI SEJAK USIA DINI
Sejak dalam rahim ibu pendidikan pada anak secara tidak langsung sudah bisa dijalankan. Dalam tiga bulan pertama kehidupan anak, kata psikolog Ieda Peornomo Sigit Sidi, rangsangan yang diterima oleh anak sangat besar pengaruhnya pada perkembangan berikutnya. Untuk itu orang tua terutama ibu sebaiknya mengaktifkan komunikasi dengan anak sejak dalam rahim. Sejak memasuki bulan keenam dan ketujuh masa kehamilan, bayi mulai mendengar tegur sapa kedua orang tuanya. Bayi sudah mulai bisa mendengar suara-suara, seperti detak jantung ibu, suara dari usus, paru-paru dan sebagainya. Semua itu dirasakan atau didengarkan melalui getaran pada ketuban yang ada di dalam rahim. Kemampuan inilah yang membuat bayi menjadi tenang ketika ibunya menepuk-nepuk perutnya sambil membisik-bisikan kata-kata manis. Dan kemampuan inilah yang menggoreskan memori di otak anak. Karena itu sebaiknya orang tua membiasakan bayinya mendengar suara-suara yang enak (baik) seperti alunan ayat-ayat Al-Qur'an, atau kata-kata yang lembut dari ibunya.
Pada umumnya agama seseorang ditentukan oleh pendidikan pengalaman dan latihan-latihan yang dilaluinya pada masa kecilnya dahulu. Seseorang yang pada waktu kecilnya tidak pernah mendapatkan pendidikan agama, maka pada dewasanyananti, ia tidak akan merasakanpentingnya agama dalam hidupnya. Lain halnya dengan orang yang diwaktu kecilnya mempunyai pengalaman-pengalaman agama misalnya ibu bapaknya orang yang mengenal agama, lingkungan social dan kawan-kawannya juga hidup menjalankan agama, ditambah pula dengan pendidikan agama secara disengaja di rumah, sekolah dan masyarakat. Maka anak-anak itu akan dengan sendiriya mempunyai kecenderungan kepada hidup dalam aturan-aturan agama, terbiasa menjalankan ibadah, takut melangkahi larangan-larangan agama dan dapat merasakan nikmatnya hidup beragama.





B.     TUJUAN PENDIDIKAN ANAK
Anak wajib dididik agar kelak menjadi anak yang shalih atau shalihah. Inilah harapan tertinggi orang tua untuk anaknya yang terekam dalam al-Qur'an, yang merupakan do'a Nabi Zakaria (Ali Imran 38). Anak yang shalih adalah anak yang memiliki kepribadian Islam. Dengan dasar aqidah yang kuat, kepribadian Islam anak akan tercermin dariperilakunya dan cara berfikirnya. Perilakunya didasarkan pada aturan Islam sebagai tolok ukur perbuatannya (miqyasu al-'amal). Dan ajaran Islam dijadikannya sebagai landasan ia berfikir (qoidah fikriyah). Beberapa ciri anak yang shaleh tergambar dalam beberapa ayat dari surah Luqmah (13 - 19). Diantaranya beraqidah lurus (tidak musyrik), birru al-walidayn, taat beribadah, mau berdakwah dan berakhlaq mulia.
Oleh karena itu, pendidikan anak harus dapat menanamkan aqidah Islam secara benar. Juga pemahaman terhadap semua aspek ajaran Islam, baik itu menyangkut masalah ibadah, akhlaq, makanan, minuman, pakaian, juga masalah dakwah dan muamalah.Dengan keshalihannya itulah ia akan dapat menjalani kehidupan di dunia ini dengan cara yang Islami. Bila ia kelak menjadi orang yang cantik atau gagah, pandai, kaya dan memiliki jabatan yang tinggi, maka keshalihan itu akan membimbingnya sedemikian, sehingga semua karunia Allah itu makin meningkatkan keIslaman dia, bukan sebaliknya. Begitu juga bila ia, misalnya kelak hidup dalam kekurangan, berparas kurang bagus, akalnya sedikit lemah, keshalihannya juga akan menjaga dirinya. Ia tidak kemudian frustasi atau bahkan mengakhiri hidupnya sendiri. Tegasnya, keshalihan itulah yang mampu menjamin anak hidup secara benar sesuai ajaran Islam.










C.    PENDIDIKAN AGAMA PADA ANAK
Makna agama sendiri bukanlah sekedar tindakan-tindakan ritual seperti sholat dan membaca do'a saja. Akan tetapi agama lebih dari itu, yaitu agama mengatur keseluruhan tingkah laku manusia demi memperoleh ridla Allah. Agama dengan kata lain, agama meliputi keseluruhan tingkah laku manusia dalam hidup ini, yang tingkah laku itu membentuk keutuhan manusia berbudi luhur (berakhlak karimah), atas dasar percaya atau iman kepada Alllah dan bertanggung jawab secara pribadi di Hari Kemudian (Kiamat). Hal tersebut di atas menyatakan bahwa shalat kita, darma bakti kita, hidup kita, mati kita dan semua adalah untuk atau milik Allah seru sekalian alam.
Pendidikan agama sesungguhnya adalah pendidikan untuk pertumbuhan total seorang anak didik. Dan tidak benar jika dibatasi hanya kepada pengertian-pengertiannya konvensional dalam masyarakat. Karena itu peran orang tua dalam mendidik anak melalui pendidikan keagamaan yang benar adalah amat penting. Oleh Karena itu pendidikan agama keagamaan dalam keluarga tidak hanya melibatkan orang tua saja, akan tetapi seluruh keluarga dalam usaha menciptakan suasana keagamaan yang baik dan benar dalam keluarga. Peran orang tua tidak hanya barupa pengajaran, tetapi juga berupa peran tingkah laku, ketauladanan dan pola-pola hubungannya dengan anak yang dijiwai dan disemangati oleh nilai-nilai keagamaan menyeluruh. Seperti pepatah mengatakan bahwa pendidikan dengan bahasa perbuatan (perilaku) untuk anak adalah lebih efektif dan lebih mantap dari pada pendidikan dengan bahasa ucapan. Karena itu yang penting adalah adanya penghayatan kehidupan keagamaan dalam suasana keluarga.
Perkembangan spiritualitas pada anak terjadi melalui pengalaman hidupnya sejak kecil dalam keluarga, disekolah dan dalam masyarakat lingkungan. Semakin banyak pengalaman yang bersifat agama atau spiritualitas akan semakin banyak unsur agama, maka sikap, tindakan, kelakuan dan caranya menghadapi hidup akan sesuai dengan ajaran agama.





D.    KLASIFIKASI PENDIDIKAN AGAMA
Dapat dikatakan bahwa pendidikan agama berkisar antara dua dimensi hidup, yaitu :
1)      Penanaman rasa taqwa kepada Allah sebagai dimensi hidup yang dimulai dengan pelaksanaan kewajiban-kewajiban formal agama yang berupa ibadah-ibadah. Sedangkan pelaksanaannya harus disertai dengan penghayatan yang sedalam-dalamnya akan makna ibadah-ibadah tersebut, sehingga ibadah-ibadah itu tidak dikerjakan semata-mata sebagai ritual belaka, melainkan dengan keinsyafan mendalam akan fungsi edukatifnya bagi kita semua.
Rasa taqwa kepada Allah itu kemudian dapat dikembangkan dengan menghayati keagungan dan kebesaran Allah lewat perhatian kepada alam semesta beserta segala isinya, dan kepada lingkungan sekitar. Sebab menurut al-Qur'an hanya mereka yang memahami alam sekitar dan menghayati hikmah dan kebesaran yang terkandung di dalamnya sebagai ciptaan Ilahi yang dapat dengan benar-benar merasakan kehadiran Allah sehingga bertaqwa kepada-Nya. Melalui hasil perhatian, pengamatan, dan penelitian kita terhadap gejala alam dan social kemanusiaan tidak hanya menghasilkan ilmu pengetahuan yang bersifat kognitif belaka, juga tidak hanya yang bersifat aplikatif dan penggunaan praktis semata (penggunaan teknologi), tetapi dapat membawa kita kepada keinsyafan Ketuhanan yang mendalam, melalui penghayatan keagungan Tuhan sebagaimana tercermin dalam seluruh ciptaannya.
Keinsyafan merupakan unsur yang sangat penting dalam menumbuhkan rasa taqwa, maka pendidikan keagamaan dalam keluarga harus pula meliputi hal-hal yang diperintahkan Allah dalam al-Qur'an (sesuai dengan ajaran-Nya). Wujud nyata atau substansi jiwa Ketuhanan itu terdapat dalam nilai-nilai keagamaan pribadi yang amat penting yang harus ditanamkan kepada anak-anak. Kegiatan menanamkan nilai-nilai itulah yang sesungguhnya akan menjadi inti pendidikan keagamaan. Diantara nilai-nilai itu yang sangat mendasar adalah:  
a)      Iman
Sikap batin yang penuh kepercayaan kepada Allah.


b)      Islam
Sikap pasrah kepada-Nya dengan menyakini bahwa papun yang datang dari Allah tentunya membawa hikmah kebaikan, yang kita tidak mungkin mengetahui seluruh wujudnya.
c)      Ihsan
Kesadaran yang sedalam-dalamnya bahwa Allah senantiasa hadir atau berada bersama kita dimana pun kita berada.
d)     Taqwa
Sikap yang sadar penuh bahwa Allah selalu mengawasi kita, kemudian kita berbuat hanya sesuatu yang diridlai Allah dengan menjauhi dan menjaga diri dari sesuatu yang tidak diridlai Allah.
e)      Ikhlas
Sikap murni dalam tingkah laku dan perbuatan, semata-mata demi memperoleh ridla Allah dan dan bebas dari pamrih lahir dan batin tersembunyi maupun terbuka.
f)       Tawakkal
Sikap senantiasa bersandarkan diri kepada Allah dengan penuh harapan dan dengan keyakinan kita pula bahwa Allah akan menolong kita dalam mencari dan menemukan jalan yang terbaik bagi kita.
g)      Syukur
Sikap penuh rasa terima kasih dan penghargaan atas nikmat dan karunia yang tidak terbilang banyaknya yang dianugrahkan Allah kepada kita.
h)      Sabar
Sikap tabah mengahadapi segala kepahitan hidup, besar atau kecil, lahir atau batin, karena keyakinan yang tidak tergoyahkan bahwa kita semua berasal dari Allah dan akan kembali kepada-Nya.




2)      Dimensi hidup manusia yang lain adalah mengembangkan rasa kemanusian kepada sesama. Keberhasilan pendidikan agama bagi anak-anak tidak cukup diukur hanya dari segi seberapa jauh anak itu menguasai hal-hal yang bersifat kognitif atau pengetahuan tentang ajaran agama (ritual-ritual). Justru yang lebih penting adalah sejauhmana nilai-nilai keagamaan itu dalam jiwa anak-anak diwujudkan dalam tingkah laku dan budi pekerti sehari-hari, sehingga dapat melahirkan budi luhur (akhlakul karimah). Sekedar untuk pegangan operatif dalam menjalankan pendidikan keagamaan kepada anak, mungkin nilai-nilai akhlak berikut ini dapat dipertimbangkan oleh semua orang tua untuk ditanamkan kepada anak-anak, yaitu:
a)      Silaturrahmi
Pertalian rasa cinta kasih antara sesama manusia, khususnya antara saudar, kerabat, tetangga dan masyarakat.
b)      Persaudaraan
Semangat persaudaraan, lebih-lebih antara sesama kaum beriman Ukhuwah Islamiyah.
c)      Persamaan
Pandangan bahwa sesama manusia tanpa memandang jenis kelamin, kebangsaan ataupun kesukuannya adalah sama dalam harkat dan martabat.
d)     Adil 
Wawasan yang seimbang dalam memandang menilai atau menyikapi sesuatu atau seseorang.
e)      Berprasangka baik
f)       Rendah hati
g)      Sikap yang tumbuh karena keinsafan bahwa segala kemuliaan hanya milik Allah, maka tidak sepantasnya manusia mengklaim kemuliaan itu kecuali dengan pikiran yang baik dengan perbuatan yang baik, yang itupun hanya Allah yang menilainya.
h)      Tepat janji
Salah satu sifat orang yang benar-benar beriman adalah sikap selalu menepati janji bila membuat perjanjian.


i)        Dapat dipercaya
Salah satu konsekuensi iman adalah amanah atau penampilan diri yang dapat dipercaya.
j)        Deermawan
Sikap kaum beriman yang memiliki kesediaan yang besar untuk menolong sesama manusia terutama mereka yang kurang beruntung dan terbelenggu oleh perbudakan dan kesulitan hidup lainnya dengan mendermakan sebagian harta benda yang dikaruniakan Allah kepada mereka.
Dan masih banyak lagi nilai-nilai keagamaan pribadi yang diajarkan dalam islam. Orang tua atau pendidik dapat mengembangkan nilai-nilai keagamaan lainnya sesuai dengan perkembangan anak dan keadaan.
E.     METODE-METODE DALAM MENGENALKAN PENDIDIKAN AGAMA PADA ANAK
1)      Memberikan contoh keteladanan
Supaya anak bisa membaca Al-Quran orang tua atau keluarga memberikan contoh dengan rutin baca Al-Qur’an. Supaya anak selalu menjaga kebersihan, orang tua atau keluarga membiasakan menaruh dan membuang sampah pada tempatnya. Dan contoh-contoh lainnya.
2)      Menerapkan pertahapan dan kebiasaan
Sebagai implikasi dari pandangan Al-Quran tentang proses pertumbuhan dan perkembangan jiwa manusia, Al-Quran dalam petunjuk-petunjuknya menjadikan pentahapan dan pembiasaan sebagai salah satu ciri sekaligus metode guna mencapai sasaran.
Menggunakan alat peraga untuk menyampaikan pendidikan agama, agar menyatu dengan kehidupan sehari-hari, sesuai dengan perkembangan ilmu dan teknologi.
Mengusahakan suatu lingkungan yang kaya akan rangsangan, yaitu dengan menyediakan aneka ragam bahan dan sarana prasarana yang dapat merangsang semua alat indranya: penglihatan, pendengaran, penciuman, perabaan, dll. Anak belajar mengenal lingkungan melalui indranya (visual, auditorial dan kinestetikal).

3)      Pendidikan dengan nasihat
Nasihat merupakan salah satu pilar dalam pendidikan Islam. Rasulullah bersabda: "Agama itu nasihat. Kami bertanya: "Untuk siapa?" Jawab Nabi: "Bagi Allah, dan KitabNya, dan RasulNya, dan pemimpin-pemimpin, serta kaum muslimin pada umumnya". (HR. Muslim).
Sering terjadi, sekalipun orang tua telah mengajarkan hal-hal yang baik, tetapi anak tetap melakukan kesalahan. Selayaknya orang tua harus menyikapi dengan arif. Nasihat yang baik akan lebih mengena di hati anak dari pada kemarahan disertai caci maki dan pukulan. Dalam memberi nasihatpun harus dilakukan dengan lemah lembut dan penuh kasih sayang untuk mengasah kepekaan anak. Pendidikan dengan Perhatian merupakan kewajiban orang tua untuk mencurahkan perhatian pada anak-anaknya dengan mengamati perkembangannya dan memberikan kasih sayang. Anak yang senantiasa diperhatikan akan merasa aman, hidup penuh rasa cinta, optimis dan memandang positif pada lingkungannya. Sebaliknya, jika kurang mendapat perhatian atau bahkan terlantar, anak akan tumbuh dalam rasa terabaikan. Ia akan memandang negatif dan acuh tak acuh pada lingkungannya. Jika pada tahap awal anak telah kehilangan tali kasih dengan orang tuanya, maka pada tahap selanjutnya akan sulit menyayangi orang lain.
4)      Pendidikan dengan memberikan penghargaan maupun hukuman
Hukuman kadang diperlukan dalam pendidikan. Hukuman merupakan sangsi fisik atau psikis yang hanya boleh diberikan ketika anak melakukan kesalahan dengan sengaja. Rasulullah memerintahkan kepada orang tua memukul anaknya ketika telah berumur 10 tahun masih juga lalai shalat. Tentu saja dengan pukulan yang tidak menyakitkan. Hukuman yang diberikan haruslah proporsional (sesuai) dengan kesalahan anak. Berat ringannya hukuman disesuaikan dengan besar kecilnya kesalahan, dan disesuaikan pula dengan kemampuan anak melaksanakan hukuman tersebut. Menghukum anak yang memecahkan gelas misalnya, harus berbeda dengan anak yang melailaikan shalat. Artinya, pelanggaran syar'i harus mendapat porsi hukuman khusus (lebih berat misalnya) dibandingkan kesalahan teknis yang tidak terlalu penting. Hikmah dari pendidikan melalui hukuman ini diantaranya adalah untuk melatih disiplin dan mengenalkan anak pada konsep balasan setiap amal perbuatan. Jika anak terlatih sejak kecil untuk berhati-hati dengan larangan dan sungguh-sungguhmelaksanakan kewajiban, maka akan memudahkan baginya untuk berbuat seperti itu ketika ia dewasa. Tampaklah bahwa hukuman pun bermanfaat untuk melatih dan menanamkan rasa tanggung jawab dalam diri anak. Penghargaan diberikan pada anak jika mencapai hasil yang baik. Fungsinya untuk mendidik dan memotivasi anak untuk mengulangi tingkah laku yang baik itu. Penghargaan dapat berupa pujian, bingkisan, pengakuan atau perlakuan istimewa.

Kesimpulan
            Berdasarkan pembahasan diatas dapat diambil kesimpulan:
1)      Pertumbuhan jiwa agama atau spiritualitas pada anak telah dimulai sejak lahir dan bekal itulah yang akan dibawanya ketika memasuki pendidikan sekolah untuk pertama kali. Pendidikan agama pada umur ini melalui semua pengalaman anak, baik melalui ucapan yang didengarnya, tindakan, perbuatan, dan sikap yang dilihatnya maupun perlakuan yang dirasakannya.
2)      Pendidikan agama pada masa ini mulai ditujukan untuk membentuk spiritualitas anak seutuhnya, mulai dari pembinaan sikap dan pribadinya, sampai kepada pembinaan tingkah laku(akhlak) yang sesuai dengan ajaran agama. Contohnya melalui sholat berjama’ah, pergi ke masjid beramai-ramai dan ibadah sosial.

DAFTAR PUSTAKA
Daradjat, Zakiah. 1990. Ilmu Jiwa Agama. Jakarta: PT Bulan Bintang.
Mudjitahid.2004. Membangun Anak Negeri. Nusa Tenggara Barat : Lembaga Perlindungan Anak

Rabu, 30 November 2016

makalah analisis data kualitatif



METODOLOGI PENELITIAN
ANALISIS DATA KUALITATIF
Makalah
Mata Kuliah : Metodologi Penelitian
Dosen Pengampu : Efa Ida Amalia, M.Ag


 



Kelompok 8
Disusun Oleh :
1.      Devi Cindy Kiswanti                (1530210008)
2.      M Syaqiq Al-Bilkhi                 (1530210009)
3.      Ahmad  Faiz Mubarok            (1530210030)
 

Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Kudus
Ushuluddin / IA
Tahun 2016

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Metode penelitian adalah sebuah ilmu yang mempelajari cara atau teknik dalam melakukan penelitian baik berupa penelitian akademis maupun penelitian umum. Secara garis besar metode penelitian populer terbagi menjadi dua macam, penelitian kuantitatif dan kualitatif. Metode penelitian kualitatif bersikap mencari hakikat dan banyak digunakan dalam penelitian dalam ranah sosial, budaya, dan masyarakat.
Kedua metode penelitian diatas membutuhkan data sebagai acuan bahan penelitiannya. Peneliti diharuskan mencari data se-objektif mungkin kemudian mengolah data tersebut hingga diperoleh kesimpulan dari peneliannya tersebut. Data merupakan bahan penetian bagi penelitian kuantitatif dan merupakan inti bagi penelitian kualitatif. Data yang telah di dapatkan oleh peneliti kemudian dianalisis oleh peneliti untuk mendapatkan hasil penelitian.
Oleh karena itu materi tentang analisis data harus benar-benar dipahami oleh peneliti. Peneliti harus mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan analisis data sesuai dengan metode penelitian yang ditentukannya. Maka dalam materi pembahasan dibawah ini, penulis berusaha menjelaskan beberapa cara atau teknik analisis data dalam suatu penelitian ilmiah. Kemudian penulis memfokuskan materi dalam pembahasan analisis metode penelitian kualitatif agar pembahasan tidak terlalu meluas dan panjang lebar.
B.     Tujuan Pembahasan
Tujuan dari pembahasan ini adalah menjelaskan cara atau analisis data dalam penelitian kualitatif secara tuntas. Penulis berusaha menyajiakan penjelasan sederhana sehingga mudah dipahami, dan dapat diterapkan dalam penelitian ilmiyah yang akan dilakukan oleh peneliti.
Penyusun berusaha menjelaskan secara panjang lebar tata cara melakuakan analisis penelitian kualitatif, dengan buku yang berisi penjelasan metode kualitatif untuk dijadiakan sumber referensi.



C.    Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang akan penulis bahas pada makalah ini yaitu apa yang dimaksud dengan analisis data pada penelitian kualitatif ? dan penulis juga akan membahas apa saja metode analisis data pada penelitian kualitatif ?
























BAB II
PEMBAHASAN
A.    Analisis Data
Analisis adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi.[1] Analisis data terbagi atas dua yaitu analisis data kualitatif dan kuantitatif, hal ini dikarenakan jenis data yang berbeda, proses pencarian dan pengolahan data yang berbeda, serta perbedaan hasil yang di inginkandari dua jenis motode penelitian tersebut.
Pada penilitan kuantitatif peneliti berusaha semaksimal mungkin mendapat hasil berupa produk sedangkan pada penelitian kuantitatif peneliti lebih focus pada proses dan analisis data agar data tersebut dapat disajikan dan kesimpulan dapat diambil. Pada penelitian kualitatif peneliti merupakan instrument inti karena ialah yang mengumpulkan seluruh data yang dibutuhkan serta mengolahnya menjadi sebuah kesimpulan. Oleh karena itu, mulai dari proses pengumpulan data hingga penarikan kesimpulan dalam penelitian kualitatif ini adalah kunci dari metode ini.
Proses analisis data dalam penelitian kual;itatif sering dilakukan pada tahap pengumpulan data. Bahkan terkadang peneliti perlu melakukan analisis data pada setiap data yang ditemukannya dan menarik kesimpulan sementara atas data tersebut.[2]
B.     Analisis Data Kualitatif
Data kualitatif berbentuk deskriptif, berupa kata-kata lisan atau tulisan tentang tingkah laku manusia yang dapat diamati. Data kualitatif dapat di pilah menjadi tiga[3] jenis :
a)      Hasil pengamatan: uraian rinci tentang situasi, kejadian, interaksi, dan tingkahlaku yang diamati dilapangan.
b)      Hasil pembicaraan: kutipan l;angsung dari pernyataan orang-orang tentang pengalaman, sikap, keyakinan, dan pemikiran mereka dalam kesempatan wawancara mendalam.
c)      Bahan tertulis: petikan atau kesuluruhan dokumen, surat menyurat, rekaman, dan kasus sejarah.
Analisis data dalam penelituian kualitatif mengharuskan peneliti bersifat cermat dan tekun. Peneliti harus focus pada tujuan penelitian dan pengumpulan data yang di butuhkan. Kemudian barulah peneliti masuk ke tahap selanjutnya dalam penelitian yaitu analisi data. Peneliti dengan metode ini lebih banyak melakukan pendekatan dan perkenalan kepada subjek penelitiannya, sehingga lebih banyak membutuhkan waktu untuk melakukan pertemuan-pertemuan dengan subjek penelitian.[4]
Berdasarkan pendekatan yang di gunakan peneliti dengan menggunakan metode kualitatif apabila penelitian tersebut berupa penelitian pendidikan dan sosial maka ada lima metode yang dapat digunakan dalam analisis datanya.[5]
Kelima metode tersenut yaitu:
1)      Biografi
2)      Fenomenologi
3)      Grounded theory
4)      Etnografi
5)      Studi kasus
Dasar dari penelitian kualitatif terdiri dari empat metode pokok berdasarkan cara pencarian datanya yaitu:
a)      Observasi
b)      Analisis teks dan dokumen
c)      Wawancara
d)     Transkrip rekaman
Macam-macam cara yang dapat di ikuti. Tidak ada satu cara tertentu yang dapat dijadikan pegangan bagi setiap semua penelitian. Salah satu cara yang dapat dianjurkan ialah mengikuti langkah-langkah berikut yang masih sangat bersifat umum, yakni (1) reduksi data, (2) display/penyajian data, (3) mengambil kesimpulan dan verivikasi.[6]

a.      Reduksi Data
Reduksi data adalah meilih data yang paling penting dari data yang tidak terlalu penting. Dalam proses pengumpulan data tentu peneliti akan mengumpulkan seluruh data yang berkaitan dengan subjek penelitiannya tersebut. Namun dari seluruh data yang terkumpul peneliti harus memilih lagi data mana yang paling relevan dengan subjek penelitiannya. Proses inilah yang dikenal sebagai reduksi data. Peneliti harus melakukan reduksi data agar penulis dapat focus mencari kesimpulan dari penelitiannya tersebut.[7]
Reduksi data bisa dilakukan sejak pemulaan pengumpulan data. Semua data pada tiap harinya dapat di reduksi sehingga didapatkan data yang sesuai dengan masalah penelitian. Kemudian diakhir pengumpulan data pun peneliti melakukan reduksi data dari awal hingga akhir. Pneliti menyaring kembali seluruh data dan mereduksinya sehingga didapatkan intisari dari penemuan-penemuan di lapangan.[8]
Proses reduksi data meliputi beberapa teknik[9] yaitu:
1)      Coding
Coding atau pengkodean adalah sebuah proses pemberian kode bagi kata-kata serta frase yang bertujuan mendeskripsikan dan mengidentifikasi makna dan pola data. Proses ini bertujuan merefleksikan makna, menghubungkan sehingga peneliti dapat lebih mudah menyimpulkan sesuatu dari data yang di kodekan.
2)      Identifikasi tema
Setiap data temuan yang di dapatkan dari lapangan dapat digolongkan kedalam tema-tema. Identifikasi tema dapat dilakukan sejak penelitian teori yang digunakan hingga penelitian lapangan. Identifikasi tema dilakukan juga agar memudahkan peneliti mengambil kesimpulan.
3)      Review tema
Review tema dimaksudkan untuk melihat kembali tema-tema yang telah ditentukan. Apabila diperlukan adanya penyesuaian maka peneliti bisa menyesuaikan kembali tema-tema tersebut.



4)      Klasifikasi data
Klasifikasi data dimaksudkan bagi data-data kecil. Data-data kecil yang didapatkan oleh peneliti diklasifikasikan menjadi kategori-kategori yang kemudian dicari hubungan antar satu kategori dengan kategori lainnya.
5)      Meringkas data
Meringkas data dilakukan apabila data yang dikumpulkan dirasa terlalu besar oleh peneliti. Maka peneliti boleh meringkas data-data tersebut agar tidak terlalu panjang. Teknik ini digunakan pada saat penelitian lapangan baik setiap ditemukan data maupun ketika akhir penelitian.

b.      Display Data / Penyajian Data
Proses penyajian data adalah salah satu proses penting dalam penelitian kualitatif. Seluruh proses penelitian tertumpu pada penyajian data. Semua data yang diperoleh oleh peneliti kemudian disajikan dalam bentuk kata-kata dalam kalimat. Penyajian data dapat dilakuakan dengan beberapa teknik sesuai dengan data yang didapat dari lapangan. Diantara teknik tersebut[10] adalah :
1)      Transkrip Wawancara
Transkrip data adalah mengubah data suara menjadi data tertulis. Atau secara sederhana adalah menulis hasil wawancara baik yang wawancara secara mendalam maupun kuisioner dan lain sebagainya. Proses ini dimaksud agar data wawancara dapat disajikan olehpeneliti dalam hasil penelitiannya. Peneliti juga harus mengurainhasil wawancara yang bersifat percakapan (bahsa lisan) menjadi sebuah data yang deskriptif (bahasa tulisan).
2)      Deskripsi Data
Deskripsi data adalah penyajian data dengan penjelasan yang bersifat menggambarkan hakikat kenyataan dilapangan. Penelitian dengan metode kualitatif pada asalnya memang bersifat deskriptif sehinga deskripsi data dalam penyajian data merupakan inti dari penelitian metode ini.
3)       Analisis Naratif
Analisis yang dimaksud adalah proses penyampaian data yang berupa cerita, atau penyatuan potongan-potongan data menjadi sebuah kronologi yang tersusun secara rapi.
4)      Analisis Biografi
Analisis biografi adalah penyajian data yang berupa biografi subjek penelitian. Analisis ini memungkinkan pembaca hasil penelitian mengetahui latar belakang subjek penelitiannya, baik orang yang diwawancara maupun orang-orang yang menjadi sumber data lainnya.
5)      Hermeneustics
Ilmu hermenetik pada asalnya adalah ilmu yang digunakan dalam memahami bible (kitab suci Kristen). Namun dewasa ini metode ini digunakan secara meluas. Ilmu hermenetik dimaksudkan untuk mencari makna dari data yang berupa teks. Pada penelitian kualitatif hermenetiks juga digunakan sebagai pendekatan metode memahami makna pada data yang berupa kata-kata.
6)      Semiotics
Semiotik adalah pendalaman makna pada data yang berupa tanda-tanda dan simbol-simbol yang telah disepakati dan digunakan di masyarakat atau lingkungan tempat subjek penelitian itu berada.

c.        Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi
Penarikan kesimpulan adalah analisis terakhir yang dilakuakan oleh peneliti di akhir penelitiannya.[11] Kesimpulan baru bisa diperoleh ketika seluruh data telah terkumpul dan semua proses analisis data baik reduksi maupun penyajian data sudah dilakukan. Maka ketika itu barulah peneliti bisa menarik kesimpulan dari seluruh penelitiannya tersebut.
Penarikan kesimpulan dilakuakan dengan cara mereview kembali seluruh data dan mereview hasil analisis data yang lainnya. Dalam proses penarikan kesimpulan ini peneliti dapat melahirkan teori baru, atau memperkuat teori yang telah ada atau menyempurnakannya. Penelitian dengan metode kualitatif lebih mengutamakan proses daripada hasil sehingga peneliti harus lebih banyak konsentrasi dalam menginterpretasikan data pada penyajian data. Setidaknya ada dua metode yang dapat digunakan dalam mencari kesimpulan penelitian,[12] yaitu :
1)      Analisis komperatif, maksudnya adalah membandingkan hasil penelitiannya dengan penelitian lain atau membandingkan antar data yang sudah ada satu dengan lainnya.
2)      Analisis relation, maksudnya adalah mencari hubungan antar data satu dengan lainnya.









































BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwasannya analisis data penelitian dengan metodologi kualitatif dilakukan sejak peneliti mulai terjun ke lapangan dan mulai mengumpulkan data. Analisis dilakukan baik harian maupun ketika tiap ditemukan data baru dan juga pada akhir ketika semua data telah dikumpulkan. Hamper tidak ada pembatas antara pengumpulan data dan analisis data pada penelitian kualitatif.
B.     Saran
Saran penulis adalah ketika peneliti terjun ke lapangan maka hendaknya peneliti benar-benar serius dalam pengumpulan data dan menganalisisnya sehingga data yang diperoleh mencakupi dan mudah untuk difahami. Peneliti juga harus lebih cermat dalam menganalisis data sehinga kesimpulan yang diharapkan dapat tercapai.




















DAFTAR PUSTAKA

Nasution.S, Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif, Bandung: Tarsio, 2003.
Bungin Burhan, Analisis Data Kualitatif, Jakarta: Raja Grafindo, 2005.
Suwartono, Dasar-Dasar Metodologi Penelitian, Yogyakarta: Andi, 2004.
Darmadi Hamid, Metode Penelitian Pendidikan dan Sosial, Bandung: Alfabeta, 2013.
Sarosa Samiaji, Penelitian Kualitatif Dasar-Dasar, Jakarta: Index, 2012.



[1] S. Nasution, M.A., Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif, Tarsio Bandung, 2003. Hlm. 126
[2] Ibid. hlm. 128
[3] Burhan Bungin, Analisis Data Kualitatif, Raja Grafindo, Jakarta, 2005. Hlm 37
[4] Suwartono, Dasar-Dasar Metodologi Penelitian. Andi, Yogyakarta, 2004. Hlm 155
[5] Hamid Darmadi, Metode Penelitian Pendidikan dan Sosial, Alfabeta, Bandung, 2013. Hlm. 291
[6] S. Nasution, M.A , Op.Cit., hlm.129
[7] Ibid. hlm. 129
[8] Burhan Bungin, Op.Cit., hlm 84
[9] Samiaji Sarosa, Penelitian Kualitatif Dasar-Dasar. Index, Jakarta, 2012, hlm. 73
[10] Burhan Bungin, Op.Cit., hlm 98
[11] Prof. Dr. S. Nasution, M.A , Op.Cit., hlm. 130
[12] Ibid. hlm. 130