PEMBEKALAN AGAMA PADA ANAK USIA DINI DALAM KELUARGA
oleh : Ahmad Faiz Mubarok
Abstrak
Anak adalah amanah Allah swt, yang diberikan kepada orangtua,
masyarakat dan bangsa. Nasib dan masa depan bangsa di kemudian hari, ditentukan
oleh kondisi anak bangsa hari ini. Oleh karena itu, menjadi tanggung jawab
bersama untuk menyiapkan generasi penerus bangsa yang berkualitas, yaitu
generasi yang kuat imannya, mantap ilmunya, baik amalnya, dan mulia akhlaknya.
Pendidikan Agama yang sumbernya pada nilai-nilai Qur’an semakin
terasa diperlukan oleh anak-anak, untuk mempersiapkan masa depannya yang lebih
maju, kompleks, canggih dan penuh tantangan. Hal ini disebabkan kecenderungan
masa depan yang kompleks dalam memecahkan masalah yang cenderung secara
rasional yang berdampak pada pengabaian nilai-nilai moral demi kemanfaatan sesaat.
Pendidikan anak perlu bermuara terhadap pengagungan nama Allah SWT,
sehingga pendidikan apapun yang diterima menjadi penopang ketauhidannya. Al
Qur’an sebagai petunjuk hidup uma tislam, telah menginformasikan seperti dalam
surat Shad ayat 29 "ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu
yang penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan atay-ayatNya dan supaya
mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai pikiran".
Menanamkan etos Islam dapat diupayakan jika lingkungan anak juga
Islami. Dalam suasana demikian, transfer nilai dapat berjalan dengan mulus,
karena orang tua dapat menjalankan fungsinya sebagai agen masyarakat. Upaya
menanamkan etos Islam lebih berhasil jika dimulai sejak dini.
Pendahuluan
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan
yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Sedangkan agama
merupakan landasan hidup berketuhanan dan merupakan unsur kerohanian setiap
hidup manusia. Anak usia dini adalah anak yang berumur 0-5 tahun. Dalam masa
ini merupakan masa tumbuh kembang anak, dimana masa ini merupakan masa golden
age yaitu masa emas. Pembentukan karakter anak dan mempengaruhi pola pikir anak
yang berpengaruh terhadap masa depannya, agar menjadi generasi penerus yang
berakhlak mulia dan memiliki pemikiran positif dalam setiap hal. Dalam masa ini
anak perlu diberikan pembekalan terhadap ilmu pendidikan keagamaan agar anak
sejak dini memiliki pengetahuan tentang agama dan dapat menjadikan dirinya
sebagai manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap sang pencipta.
Dalam hal ini
pendidikan agama yang diajarkan yaitu tentang pendiikan agama islam. Keluarga
merupakan pendidikan yang pertama kali yang didapatkan oleh anak, oleh sebab
itu orang tua sangat berperan penting terhadap pertumbuhan dan perkembangan
anak. Selain itu pendidikan agama juga dapat dilakukan di lingkungan sekitar
maupun lingkungan sekolah. Pendidikan ini dilakukan untuk menciptakan dan
mengubah karakter anak menjadi lebih baik lagi dan memiliki dasar hidup tentang
agama islam dan ini harus dilakukan atau diterapkan sejak usia dini. Telah kita
ketahui bahwa kebanyakan dari anak usia dini banyak yang sikapnya sudah
menyalahi aturan yang tidak sesuai dengan tingkat usianya, seperti tidak adanya
kesopanan terhadap orang tua, cara berbicara yang kurang sopan, bertindak
semaunya. Hal ini banyak disebabkan oleh pengaruh lingkungan dan kurangnya
pengawasan dari para orang tua. Oleh sebab itu kegiatan ini dilakukan untuk
memperbaiki serta mengubah tingkahlaku yang sedemikian agar tidak menjadi
karakter yang tidak baik pada anak.
Pembahasan
A.
PENDIDIKAN ANAK DIMULAI SEJAK USIA DINI
Sejak dalam rahim ibu pendidikan
pada anak secara tidak langsung sudah bisa dijalankan. Dalam tiga bulan pertama
kehidupan anak, kata psikolog Ieda Peornomo Sigit Sidi, rangsangan yang
diterima oleh anak sangat besar pengaruhnya pada perkembangan berikutnya. Untuk
itu orang tua terutama ibu sebaiknya mengaktifkan komunikasi dengan anak sejak
dalam rahim. Sejak memasuki bulan keenam dan ketujuh masa kehamilan, bayi mulai
mendengar tegur sapa kedua orang tuanya. Bayi sudah mulai bisa mendengar
suara-suara, seperti detak jantung ibu, suara dari usus, paru-paru dan
sebagainya. Semua itu dirasakan atau didengarkan melalui getaran pada ketuban
yang ada di dalam rahim. Kemampuan inilah yang membuat bayi menjadi tenang
ketika ibunya menepuk-nepuk perutnya sambil membisik-bisikan kata-kata manis.
Dan kemampuan inilah yang menggoreskan memori di otak anak. Karena itu
sebaiknya orang tua membiasakan bayinya mendengar suara-suara yang enak (baik)
seperti alunan ayat-ayat Al-Qur'an, atau kata-kata yang lembut dari ibunya.
Pada umumnya agama seseorang
ditentukan oleh pendidikan pengalaman dan latihan-latihan yang dilaluinya pada
masa kecilnya dahulu. Seseorang yang pada waktu kecilnya tidak pernah
mendapatkan pendidikan agama, maka pada dewasanyananti, ia tidak akan
merasakanpentingnya agama dalam hidupnya. Lain halnya dengan orang yang diwaktu
kecilnya mempunyai pengalaman-pengalaman agama misalnya ibu bapaknya orang yang
mengenal agama, lingkungan social dan kawan-kawannya juga hidup menjalankan
agama, ditambah pula dengan pendidikan agama secara disengaja di rumah, sekolah
dan masyarakat. Maka anak-anak itu akan dengan sendiriya mempunyai
kecenderungan kepada hidup dalam aturan-aturan agama, terbiasa menjalankan
ibadah, takut melangkahi larangan-larangan agama dan dapat merasakan nikmatnya
hidup beragama.
B.
TUJUAN PENDIDIKAN ANAK
Anak wajib dididik agar kelak
menjadi anak yang shalih atau shalihah. Inilah harapan tertinggi orang tua
untuk anaknya yang terekam dalam al-Qur'an, yang merupakan do'a Nabi Zakaria
(Ali Imran 38). Anak yang shalih adalah anak yang memiliki kepribadian Islam.
Dengan dasar aqidah yang kuat, kepribadian Islam anak akan tercermin
dariperilakunya dan cara berfikirnya. Perilakunya didasarkan pada aturan Islam
sebagai tolok ukur perbuatannya (miqyasu al-'amal). Dan ajaran Islam
dijadikannya sebagai landasan ia berfikir (qoidah fikriyah). Beberapa ciri anak
yang shaleh tergambar dalam beberapa ayat dari surah Luqmah (13 - 19).
Diantaranya beraqidah lurus (tidak musyrik), birru al-walidayn, taat beribadah,
mau berdakwah dan berakhlaq mulia.
Oleh karena itu, pendidikan anak
harus dapat menanamkan aqidah Islam secara benar. Juga pemahaman terhadap semua
aspek ajaran Islam, baik itu menyangkut masalah ibadah, akhlaq, makanan,
minuman, pakaian, juga masalah dakwah dan muamalah.Dengan keshalihannya itulah
ia akan dapat menjalani kehidupan di dunia ini dengan cara yang Islami. Bila ia
kelak menjadi orang yang cantik atau gagah, pandai, kaya dan memiliki jabatan
yang tinggi, maka keshalihan itu akan membimbingnya sedemikian, sehingga semua
karunia Allah itu makin meningkatkan keIslaman dia, bukan sebaliknya. Begitu
juga bila ia, misalnya kelak hidup dalam kekurangan, berparas kurang bagus,
akalnya sedikit lemah, keshalihannya juga akan menjaga dirinya. Ia tidak
kemudian frustasi atau bahkan mengakhiri hidupnya sendiri. Tegasnya, keshalihan
itulah yang mampu menjamin anak hidup secara benar sesuai ajaran Islam.
C.
PENDIDIKAN AGAMA PADA ANAK
Makna agama sendiri bukanlah sekedar
tindakan-tindakan ritual seperti sholat dan membaca do'a saja. Akan tetapi
agama lebih dari itu, yaitu agama mengatur keseluruhan tingkah laku manusia
demi memperoleh ridla Allah. Agama dengan kata lain, agama meliputi keseluruhan
tingkah laku manusia dalam hidup ini, yang tingkah laku itu membentuk keutuhan
manusia berbudi luhur (berakhlak karimah), atas dasar percaya atau iman kepada
Alllah dan bertanggung jawab secara pribadi di Hari Kemudian (Kiamat). Hal
tersebut di atas menyatakan bahwa shalat kita, darma bakti kita, hidup kita,
mati kita dan semua adalah untuk atau milik Allah seru sekalian alam.
Pendidikan agama sesungguhnya adalah
pendidikan untuk pertumbuhan total seorang anak didik. Dan tidak benar jika
dibatasi hanya kepada pengertian-pengertiannya konvensional dalam masyarakat.
Karena itu peran orang tua dalam mendidik anak melalui pendidikan keagamaan
yang benar adalah amat penting. Oleh Karena itu pendidikan agama keagamaan
dalam keluarga tidak hanya melibatkan orang tua saja, akan tetapi seluruh
keluarga dalam usaha menciptakan suasana keagamaan yang baik dan benar dalam
keluarga. Peran orang tua tidak hanya barupa pengajaran, tetapi juga berupa
peran tingkah laku, ketauladanan dan pola-pola hubungannya dengan anak yang
dijiwai dan disemangati oleh nilai-nilai keagamaan menyeluruh. Seperti pepatah
mengatakan bahwa pendidikan dengan bahasa perbuatan (perilaku) untuk anak
adalah lebih efektif dan lebih mantap dari pada pendidikan dengan bahasa
ucapan. Karena itu yang penting adalah adanya penghayatan kehidupan keagamaan
dalam suasana keluarga.
Perkembangan spiritualitas pada anak
terjadi melalui pengalaman hidupnya sejak kecil dalam keluarga, disekolah dan
dalam masyarakat lingkungan. Semakin banyak pengalaman yang bersifat agama atau
spiritualitas akan semakin banyak unsur agama, maka sikap, tindakan, kelakuan
dan caranya menghadapi hidup akan sesuai dengan ajaran agama.
D.
KLASIFIKASI PENDIDIKAN AGAMA
Dapat dikatakan bahwa pendidikan
agama berkisar antara dua dimensi hidup, yaitu :
1)
Penanaman
rasa taqwa kepada Allah sebagai dimensi hidup yang dimulai dengan pelaksanaan
kewajiban-kewajiban formal agama yang berupa ibadah-ibadah. Sedangkan
pelaksanaannya harus disertai dengan penghayatan yang sedalam-dalamnya akan
makna ibadah-ibadah tersebut, sehingga ibadah-ibadah itu tidak dikerjakan
semata-mata sebagai ritual belaka, melainkan dengan keinsyafan mendalam akan
fungsi edukatifnya bagi kita semua.
Rasa
taqwa kepada Allah itu kemudian dapat dikembangkan dengan menghayati keagungan
dan kebesaran Allah lewat perhatian kepada alam semesta beserta segala isinya,
dan kepada lingkungan sekitar. Sebab menurut al-Qur'an hanya mereka yang
memahami alam sekitar dan menghayati hikmah dan kebesaran yang terkandung di
dalamnya sebagai ciptaan Ilahi yang dapat dengan benar-benar merasakan
kehadiran Allah sehingga bertaqwa kepada-Nya. Melalui hasil perhatian,
pengamatan, dan penelitian kita terhadap gejala alam dan social kemanusiaan
tidak hanya menghasilkan ilmu pengetahuan yang bersifat kognitif belaka, juga
tidak hanya yang bersifat aplikatif dan penggunaan praktis semata (penggunaan
teknologi), tetapi dapat membawa kita kepada keinsyafan Ketuhanan yang
mendalam, melalui penghayatan keagungan Tuhan sebagaimana tercermin dalam
seluruh ciptaannya.
Keinsyafan
merupakan unsur yang sangat penting dalam menumbuhkan rasa taqwa, maka
pendidikan keagamaan dalam keluarga harus pula meliputi hal-hal yang
diperintahkan Allah dalam al-Qur'an (sesuai dengan ajaran-Nya). Wujud nyata
atau substansi jiwa Ketuhanan itu terdapat dalam nilai-nilai keagamaan pribadi
yang amat penting yang harus ditanamkan kepada anak-anak. Kegiatan menanamkan
nilai-nilai itulah yang sesungguhnya akan menjadi inti pendidikan keagamaan.
Diantara nilai-nilai itu yang sangat mendasar adalah:
a)
Iman
Sikap
batin yang penuh kepercayaan kepada Allah.
b)
Islam
Sikap pasrah
kepada-Nya dengan menyakini bahwa papun yang datang dari Allah tentunya membawa
hikmah kebaikan, yang kita tidak mungkin mengetahui seluruh wujudnya.
c)
Ihsan
Kesadaran yang
sedalam-dalamnya bahwa Allah senantiasa hadir atau berada bersama kita dimana
pun kita berada.
d)
Taqwa
Sikap yang
sadar penuh bahwa Allah selalu mengawasi kita, kemudian kita berbuat hanya
sesuatu yang diridlai Allah dengan menjauhi dan menjaga diri dari sesuatu yang
tidak diridlai Allah.
e)
Ikhlas
Sikap murni
dalam tingkah laku dan perbuatan, semata-mata demi memperoleh ridla Allah dan
dan bebas dari pamrih lahir dan batin tersembunyi maupun terbuka.
f)
Tawakkal
Sikap
senantiasa bersandarkan diri kepada Allah dengan penuh harapan dan dengan
keyakinan kita pula bahwa Allah akan menolong kita dalam mencari dan menemukan
jalan yang terbaik bagi kita.
g)
Syukur
Sikap penuh
rasa terima kasih dan penghargaan atas nikmat dan karunia yang tidak terbilang
banyaknya yang dianugrahkan Allah kepada kita.
h)
Sabar
Sikap tabah
mengahadapi segala kepahitan hidup, besar atau kecil, lahir atau batin, karena
keyakinan yang tidak tergoyahkan bahwa kita semua berasal dari Allah dan akan
kembali kepada-Nya.
2)
Dimensi
hidup manusia yang lain adalah mengembangkan rasa kemanusian kepada sesama.
Keberhasilan pendidikan agama bagi anak-anak tidak cukup diukur hanya dari segi
seberapa jauh anak itu menguasai hal-hal yang bersifat kognitif atau
pengetahuan tentang ajaran agama (ritual-ritual). Justru yang lebih penting
adalah sejauhmana nilai-nilai keagamaan itu dalam jiwa anak-anak diwujudkan
dalam tingkah laku dan budi pekerti sehari-hari, sehingga dapat melahirkan budi
luhur (akhlakul karimah). Sekedar untuk pegangan operatif dalam menjalankan
pendidikan keagamaan kepada anak, mungkin nilai-nilai akhlak berikut ini dapat
dipertimbangkan oleh semua orang tua untuk ditanamkan kepada anak-anak, yaitu:
a)
Silaturrahmi
Pertalian
rasa cinta kasih antara sesama manusia, khususnya antara saudar, kerabat,
tetangga dan masyarakat.
b)
Persaudaraan
Semangat
persaudaraan, lebih-lebih antara sesama kaum beriman Ukhuwah Islamiyah.
c)
Persamaan
Pandangan bahwa
sesama manusia tanpa memandang jenis kelamin, kebangsaan ataupun kesukuannya
adalah sama dalam harkat dan martabat.
d)
Adil
Wawasan
yang seimbang dalam memandang menilai atau menyikapi sesuatu atau seseorang.
e)
Berprasangka
baik
f)
Rendah
hati
g)
Sikap
yang tumbuh karena keinsafan bahwa segala kemuliaan hanya milik Allah, maka
tidak sepantasnya manusia mengklaim kemuliaan itu kecuali dengan pikiran yang
baik dengan perbuatan yang baik, yang itupun hanya Allah yang menilainya.
h)
Tepat
janji
Salah satu sifat
orang yang benar-benar beriman adalah sikap selalu menepati janji bila membuat
perjanjian.
i)
Dapat
dipercaya
Salah satu
konsekuensi iman adalah amanah atau penampilan diri yang dapat dipercaya.
j)
Deermawan
Sikap kaum
beriman yang memiliki kesediaan yang besar untuk menolong sesama manusia
terutama mereka yang kurang beruntung dan terbelenggu oleh perbudakan dan
kesulitan hidup lainnya dengan mendermakan sebagian harta benda yang
dikaruniakan Allah kepada mereka.
Dan masih
banyak lagi nilai-nilai keagamaan pribadi yang diajarkan dalam islam. Orang tua
atau pendidik dapat mengembangkan nilai-nilai keagamaan lainnya sesuai dengan
perkembangan anak dan keadaan.
E.
METODE-METODE
DALAM MENGENALKAN PENDIDIKAN AGAMA PADA ANAK
1)
Memberikan
contoh keteladanan
Supaya anak bisa membaca Al-Quran orang tua atau keluarga
memberikan contoh dengan rutin baca Al-Qur’an. Supaya anak selalu menjaga
kebersihan, orang tua atau keluarga membiasakan menaruh dan membuang sampah
pada tempatnya. Dan contoh-contoh lainnya.
2)
Menerapkan
pertahapan dan kebiasaan
Sebagai
implikasi dari pandangan Al-Quran tentang proses pertumbuhan dan perkembangan
jiwa manusia, Al-Quran dalam petunjuk-petunjuknya menjadikan pentahapan dan
pembiasaan sebagai salah satu ciri sekaligus metode guna mencapai sasaran.
Menggunakan
alat peraga untuk menyampaikan pendidikan agama, agar menyatu dengan kehidupan
sehari-hari, sesuai dengan perkembangan ilmu dan teknologi.
Mengusahakan
suatu lingkungan yang kaya akan rangsangan, yaitu dengan menyediakan aneka ragam
bahan dan sarana prasarana yang dapat merangsang semua alat indranya:
penglihatan, pendengaran, penciuman, perabaan, dll. Anak belajar mengenal
lingkungan melalui indranya (visual, auditorial dan kinestetikal).
3)
Pendidikan
dengan nasihat
Nasihat
merupakan salah satu pilar dalam pendidikan Islam. Rasulullah bersabda:
"Agama itu nasihat. Kami bertanya: "Untuk siapa?" Jawab Nabi:
"Bagi Allah, dan KitabNya, dan RasulNya, dan pemimpin-pemimpin, serta kaum
muslimin pada umumnya". (HR. Muslim).
Sering
terjadi, sekalipun orang tua telah mengajarkan hal-hal yang baik, tetapi anak
tetap melakukan kesalahan. Selayaknya orang tua harus menyikapi dengan arif.
Nasihat yang baik akan lebih mengena di hati anak dari pada kemarahan disertai
caci maki dan pukulan. Dalam memberi nasihatpun harus dilakukan dengan lemah
lembut dan penuh kasih sayang untuk mengasah kepekaan anak. Pendidikan dengan
Perhatian merupakan kewajiban orang tua untuk mencurahkan perhatian pada
anak-anaknya dengan mengamati perkembangannya dan memberikan kasih sayang. Anak
yang senantiasa diperhatikan akan merasa aman, hidup penuh rasa cinta, optimis
dan memandang positif pada lingkungannya. Sebaliknya, jika kurang mendapat
perhatian atau bahkan terlantar, anak akan tumbuh dalam rasa terabaikan. Ia akan
memandang negatif dan acuh tak acuh pada lingkungannya. Jika pada tahap awal
anak telah kehilangan tali kasih dengan orang tuanya, maka pada tahap
selanjutnya akan sulit menyayangi orang lain.
4)
Pendidikan
dengan memberikan penghargaan maupun hukuman
Hukuman
kadang diperlukan dalam pendidikan. Hukuman merupakan sangsi fisik atau psikis
yang hanya boleh diberikan ketika anak melakukan kesalahan dengan sengaja.
Rasulullah memerintahkan kepada orang tua memukul anaknya ketika telah berumur
10 tahun masih juga lalai shalat. Tentu saja dengan pukulan yang tidak
menyakitkan. Hukuman yang diberikan haruslah proporsional (sesuai) dengan
kesalahan anak. Berat ringannya hukuman disesuaikan dengan besar kecilnya
kesalahan, dan disesuaikan pula dengan kemampuan anak melaksanakan hukuman
tersebut. Menghukum anak yang memecahkan gelas misalnya, harus berbeda dengan
anak yang melailaikan shalat. Artinya, pelanggaran syar'i harus mendapat porsi
hukuman khusus (lebih berat misalnya) dibandingkan kesalahan teknis yang tidak
terlalu penting. Hikmah dari pendidikan melalui hukuman ini diantaranya adalah
untuk melatih disiplin dan mengenalkan anak pada konsep balasan setiap amal
perbuatan. Jika anak terlatih sejak kecil untuk berhati-hati dengan larangan
dan sungguh-sungguhmelaksanakan kewajiban, maka akan memudahkan baginya untuk
berbuat seperti itu ketika ia dewasa. Tampaklah bahwa hukuman pun bermanfaat
untuk melatih dan menanamkan rasa tanggung jawab dalam diri anak. Penghargaan
diberikan pada anak jika mencapai hasil yang baik. Fungsinya untuk mendidik dan
memotivasi anak untuk mengulangi tingkah laku yang baik itu. Penghargaan dapat
berupa pujian, bingkisan, pengakuan atau perlakuan istimewa.
Kesimpulan
Berdasarkan
pembahasan diatas dapat diambil kesimpulan:
1)
Pertumbuhan
jiwa agama atau spiritualitas pada anak telah dimulai sejak lahir dan bekal
itulah yang akan dibawanya ketika memasuki pendidikan sekolah untuk pertama
kali. Pendidikan agama pada umur ini melalui semua pengalaman anak, baik
melalui ucapan yang didengarnya, tindakan, perbuatan, dan sikap yang dilihatnya
maupun perlakuan yang dirasakannya.
2)
Pendidikan
agama pada masa ini mulai ditujukan untuk membentuk spiritualitas anak
seutuhnya, mulai dari pembinaan sikap dan pribadinya, sampai kepada pembinaan
tingkah laku(akhlak) yang sesuai dengan ajaran agama. Contohnya melalui sholat
berjama’ah, pergi ke masjid beramai-ramai dan ibadah sosial.
DAFTAR PUSTAKA
Daradjat, Zakiah. 1990. Ilmu Jiwa Agama. Jakarta: PT Bulan Bintang.
Mudjitahid.2004. Membangun Anak Negeri. Nusa Tenggara Barat :
Lembaga Perlindungan Anak